twitter


Tokoh-Tokoh Psikologi
Mempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi yang digunakan saat ini. Selain itu demi memenuhi banyak permintaan dari para pembaca, maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi dan hasil karya mereka. yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).
Wilhelm Wundt (1832 – 1920)
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau pada tanggal 18 Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt seringkali dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum.
Gelar kesarjanaan yang dimilikinya adalah dari bidang hukum dan kedokteran. Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory (suatu proses yang dikelola oleh panca indera). Pada tahun 1875 ia pindah ke Leipzig, Jerman, dan pada tahun 1879 ia dan murid-muridnya mendirikan laboratorium psikologi untuk pertama kalinya di kota tersebut. Berdirinya laboratorium psikologi inilah yang dianggap sebagai titik tolak berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya (Ilmu Filsafat & Ilmu Faal).
Sebelum tahun 1879 memang orang sudah mengenal psikologi, tetapi belum ada orang yang menyebut dirinya sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi umumnya adalah para filsuf,ahli ilmu faal atau dokter. Wundt sendiri asalnya adalah seorang dokter,tetapi dengan berdirinya laboratorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli ilmu faal, karena ia mengadakan eksperimen-eksperimen dalam bidang psikologi di laboratoriumnya. Wundt mengabdikan diri selama 46 tahun sisa hidupnya untuk melatih para psikolog dan menulis lebih dari 54.000 halaman laporan penelitian dan teori.
Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain:
“Beitrage Zur Theorie Der Sines Wahrnemung” (Persepsi yang dipengaruhi kesadaran,1862),
“Grund zuge der Physiologischen Psychologie”
(Dasar fisiologis dari gejala-gejala psikologi, 1873) dan “Physiologische Psychologie”.
Erik Homburger Erikson
Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang Yahudi. Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud)di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933.Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikatdan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajardi beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley.
Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak. Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Dia mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development (teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, diantaranya adalah:
(1) Young Man Luther: A Study in Psychoanalysis and History (1958),
(2) Insight and Responsibility (1964), dan Identity: Youth and Crisis (1968).
Ivan Pavlov (1849 – 1936)
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan.
Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus – stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan.
Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel.Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.
Emil Kraepelin (1856 – 1926)
Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878,lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich.Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut.
Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM),diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti. Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitudimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia.
Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri,antara lain menggunakn test psikologi untuk mengetahui adanyakelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin.Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.
Sigmund Freud (1856 – 1939)
Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria), pada masa bangkitnya Hitler, dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun ia dan keluarga pindah ke Viena, dimana ia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Meskipun keluarganya adalah Yahudi namun Freud menganggap bahwa dirinya adalah atheist. Semasa muda ia merupakan anak favorit ibunya. Dia adalah satu-satunya anak (dari tujuh bersaudara) yang memiliki lampu baca (sementara yang lain hanya menggunakan lilin sebagai penerang) untuk membaca pada malam hari dan satu-satunya anak yang diberi sebuah kamar dan perabotan cukup memadai untuk menunjang keberhasilan sekolahnya. Freud dikenal sebagai seorang pelajar yang jenius,menguasai 8 (delapan) bahasa dan menyelesaikan sekolah kedokteran pada usia 30 tahun. Setelah lulus ia memutuskan untuk membuka praktek di bidang neurologi.
Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul Interpretation of Dreams yang masih dikenal sampai hari ini. Dalam buku ini Freud memperkenalkan konsep yang disebut “unconscious mind” (alam ketidaksadaran).
Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their relation to the Unconscious (1905).
Pada tahun 1902 dia diangkat sebagai profesor di University of Viena dan saat ini namanya mulai mendunia. Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia dengan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa komponen teori Freud yang sangat terkenal adalah:
• The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik
• pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti
• sang ayahnya demi mendapatkan perhatian dari ibu
• Konsep Id, Ego, dan Superego
• Mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanisms)
Istilah psikoanalisa yang dikemukakan Freud sebenarnya memiliki beberapa makna yaitu:
(1) sebagai sebuah teori kepribadian dan psikopatologi,
(2) sebuah metode terapi untuk gangguan-gangguan kepribadian, dan
(3) suatu teknik untuk menginvestigasi pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan individu yang tidak disadari oleh individu itu sendiri. Sejak the Psychoanalytic Society (Perhimpunan Masyarakat Psikoanalisa)didirikan pada tahun 1906, maka muncul beberapa ahli psikologi yang dua diantaranya adalah Alfred Adler dan Carl Jung.
Pada tahun 1909 Freud mulai dikenal di seluruh dunia ketika ia melakukan perjalanan ke USA untuk menyelenggarkan Konferensi International pertama kalinya. Freud dikenal sebagai seorang perokok beratyang akhirnya menyebabkan dia terkena kanker pada tahun 1923 dan memaksanya untuk melakukan lebih dari 30 kali operasi selama kurang lebih 16 tahun. Pada tahun 1933, partai Nazy di Jerman melakukan pembakaran terhadap buku-buku yang ditulis oleh Freud. Dan ketika Jerman menginvasi Austria tahun 1938, Freud terpaksa melarikan diri ke Inggris dan akhirnya meninggal di sana setahun kemudian.
Alfred Binet (1857 – 1911)
Alfred Binet dikenal sebagai seorang psikolog dan juga pengacara (ahli hukum). Hasil karya terbesar dari Alfred Binet di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-masalah pendidikan di Perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia mental (the mental age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukan bagi anak berusia 8 (delapan) maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun.Test yang dikembangkan oleh Binet merupakan test intelegensi yang pertama,meskipun kemudian konsep usia mental mengalami revisisebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ.
Pada tahun 1914, tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog Jerman, William Stern,mengusulkan bahwa dengan membagi usia mental anak dengan usia kronological (Chronological Age atau CA), maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quotient”. Rumus ini kemudian direvisi oleh Lewis Terman,dari Stanford University, yang mengembangkan test untuk orang-orang Amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan Stern dengan angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudian menjadi definisi atau rumus untuk menentukan Intelligensi seseorang: IQ=MA/CA*100.Test IQ inilah yang dikemudian hari dinamai Stanford-Binet Intelligence Test yang masih sangat populer sampai dengan hari ini.
Alfred Adler(1870 – 1937)
Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) dan wafat pada tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia). Ia adalah seorang Yahudi yang lahir dari keluarga yang termasuk dalam status sosial ekonomi kelas menengah pada saat itu. Semasa muda Adler mengalami masa-masa yang sangat sulit. Ketika ia berusia 5 tahun ia terkena penyakit pneumonia (radang paru-paru) yang menurut dokter hampir mustahil untuk disembuhkan.
Ketika mendengar kabar tersebut, Adler berjanji jika ia bisa sembuh maka ia akan menjadi dokter dan bertekad untuk memerangi penyakit yang mematikan tersebut. Akhirnya pada tahun 1895, setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya, ia benar-benar mewujudkan tekadnya dan berhasil meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Vienna. Ia akhirnya dikenal sebagai seorang ahli penyakit dalam. Tahun 1898, ia menulis buku pertamanya yang memfokuskan pada pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu sebagai pribadi bukan membagi-baginya menjadi gejala, insting,atau dorongan-dorongan. Pada tahun 1902, ia mendapat tawaran kerjasama dari Freud untuk bergabung dalam kelompok diskusi untuk membahas masalah psikopatologi.
Adler akhirnya ikut bergabung dan kemudian menjadi pengikut setia Freud, namun hubungan tersebut tidak berlangsung lama. Pada tahun 1907,Adler menulis sebuah paper berjudul “Organ Inferiority” yang menjadi pemicu rusaknya hubungan Freud dengan Adler.
Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan bahwa setiap manusiapada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan, manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Adler juga tidak sependapat dengan teori psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler meninggalkan kelompok diskusi, bersama dengan delapan orang koleganya, dan mendirikan sekolah sendiri. Sejak itu ia tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.
Carl Jung (1875 – 1961)
Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland).Dimasa kanak-kanak Jung sudah sangat terkesan dengan mimpi, visi supernatural, dan fantasi. Ia menyakini bahwa dirinya memiliki informasi rahasia tentang masa depan dan berfantasi bahwa dirinya merupakan dua orang yang berbeda. Jung lulus dari fakultas kedokteran di University of Basel dengan spesialisasi di bidang psikiatri pada tahun 1900.
Pada tahun yang sama ia bekerja sebagai assistant di rumah sakit jiwa Zurich yang membuatnya tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan para pasien schizophrenic yang akhirnya membawa Jung melakukan kontak dengan Freud. Setelah membaca tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai melakukan korespondensi dengan Freud. Akhirnya mereka bertemu di rumah Freud di Vienna tahun 1907. Dalam pertemuan tersebut Freud begitu terkesan dengan kemampuan intelektual Jung dan percaya bahwa Jung dapat menjadi juru bicara bagi kepentingan psikoanalisa karena ia bukan orang Yahudi.
Jung juga dianggap sebagai orang yang patut menjadi penerus Freud dan berkat dukungan Freud Jung kemudian terpilih sebagai presiden pertama International Psychoanalytic Association pada tahun 1910. Namun pada tahun 1913, hubungan Jung dan Freud menjadi retak. Tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri sebagai presiden dan bahkan keluar dari keanggotaan assosiasi tersebut. Sejak saat itu Jung dan Freud tidak pernah saling bertemu.

Burrhus F. Skinner (1904 – 1990)

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukemia. Skinner dibesarkan dalam keluarga sederhana, penuh disiplin dan pekerja keras. Ayahnya adalah seorang jaksa dan ibunya seorang ibu rumah tangga.Skinner mendapat gelar Bachelor di Inggris dan berharap bahwa dirinya dapat menjadi penulis. Semasa bersekolah memang ia sudah menulis untuk sekolahnya, tetapi ia menempatkan dirinya sebagai outsider (orang luar), menjadi atheist, dan sering mengkritik sekolahnya dan agama yang menjadi panutan sekolah tersebut. Setelah lulus dari sekolah tersebut, ia pindah ke Greenwich Village di New York City dan masih berharap untuk dapat menjadi penulis dan bekerja di sebuah surat kabar. Pada tahun 1931, Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh gelar doktor (Ph.D) untuk bidang yang sama.

Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke Harvard dan mengajar di sana sepanjang karirnya. Meskipun Skinner tidak pernah benar-benar menjadi penulis di surat kabar seperti yang diimpikannya, ia merupakan salah satu psikolog yang paling banyak menerbitkan buku maupun artikel tentang teori perilaku/tingkahlaku, reinforcement dan teori-teori belajar. Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki hanya perilaku yang tampak/terlihat.

Oleh karena itu, ia juga tidak menerima konsep tentang self-actualization dari Maslow dengan alasan hal tersebut merupakan suatu ide yang abstrak belaka. Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku dan menghabiskan karirnya untuk mengembangkan teori tentang Reinforcement. Dia percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah sebagai akibat dari respond terhadap adanya kejadian eksternal.

Dengan kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan reward dari apa yang kita inginkan tersebut. Bagi Skinner hal yang paling penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward & Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur seperti emosi, pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner menerima banyak kritik.

Abraham Maslow (1908 – 1970)
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungannya yang buruk dengan kedua orangtuanya. Semasa kanak-kanak dan remaja Maslow merasa bahwa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga Maslow amat berharap bahwa ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang Hukum tetapi kemudian tidak dilanjutkannya. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dimana ia memperoleh gelar Bachelor tahun 1930, Master tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934.
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).


Konsep Psikologi Islami
Pembicaraan (lebih tepat silang pendapat) seputar psikologi islami di Indonesia, bisa dikatakan masih sebatas lontaran-lontaran pemikiran. Urun gagasan ini terasa belum menggigit sampai tataran ilmiah yang diharapkan, namun demikian beberapa pendahuluan karya-karya yang masih deskriptif ataupun try and error mulai bermunculan. Beberapa karya boleh disebutkan disini seperti : Dilema Psikologi Muslim, Al Qur’an dan Ilmu Jiwa, Nafsiologi, Integrasi Psikologi dengan Islam, Psikologi Qur’ani. Paradigma Psikologi Islami dan beberapa karya tulisyang tersebar dalam berbagai jurnal dan media.
Meskipun karya-karya tersebut mulai saling terkomunikasikan, namun saya melihat masih terdapat “kemandegan” dibandingkan islamisasi ilmu pengetahuan pada bidang-bidang lainnya. Secara garis besar dapat saya rangkum persoalan yang masih menyelimuti “kemandegan” pengembangan psikologi Islami, yaitu :

a. Berkaitan dengan Istilah yang dipakai untuk mewakili secara “pas” tentang idea-idea. (dalam makalah ini saya menggunakan istilah “Psikologi Islami”
b. Proses pemwujudan “bangunan” psikologi yang dikehendaki. Disini dapat saya pisahkan menjadi: Westernisasi Islam Vs Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan di satu pihak lain meragukan keduanya karena Ilmu adalah Islami.
c. Keinginan sebagian pihak menghendaki dibangunnya suatu “Grand theory” yang murni dibangun dari “Istilah-aksioma-dalil” dari dua sumber utama Al Qur’an dan Hadits serta hasil pemikiran tokoh Islam (khususnya sufi dan thoriqot) dan bukan menjadi “tukang” yang mengintegrasikan berbagai teori-teori Psikologi Barat (Asing) dengan “mengaduk-aduk” dengan semen ayat-ayat atau hadits-hadits.
d. Kurangnya dialog intensif dan “high level” dalam tataran ilmiah, serta dukungan berbagai pihak yang masih berjalan sendiri-sendiri. Ketiadaan lembaga penterjemah buku-buku berbahasa asing (Inggris dan Arab) yang dapat mempercepat keterlibatan mahasiswa dan alumnus psikologi ke dalam kancah perdebatan. Keterlambatan dan kelambanan informasi ini menyebabkan sebagian dari kita-peminat psikologi islami hanya mengandalkan pada saduran-saduran naskah yang tercecer di berbagai buku.


Sehubungan dengan thema kita tentang psikologi islami menghadapi abad 21, maka tentu saja tidak bisa terlepas dari berbagai perdebatan, bahkan saya melihat bahwa pembahasan kita saat ini, aplikasi psikologi islami terlampau “lompat pagar” (atau terlalu cepat) diperbincangkan dari persoalan utama : teori-teori dasar psikologi, yang selama ini menjadi “dinamo”-nya Psikologi : Behavioristik, Ketidaksadaran (Psikoanalisis), Humanistik. Hingga kini belum dapat dikatakan selesai “bangunan teori” yang khas islami.

Sebagai sebuah gagasan yang dapat memicu untuk melahirkan runtutan tanggapan, maka memperluas muatan diskursus psikologi islami ini tentu dapat terus dilanjutkan. Setidaknya, lontaran ini menjadi tambahan pertimbangan atas aksiologis-pragmatis tentang perlunya psikologi islami dalam menghadapi tantangan perubahan masa depan.Tantangan dan Peluang Psikologi Islami

Sejak tahun 1980-an telah bermunculan berbagai prediksi abad 21. Beberapa tokoh futurolog seperti John Naisbit telah meramalkan berbagai perubahan dunia dan perilakunya. Pada saat yang bersamaan telah lahir orde baru di dunia filsafat: Post modernisme. Kita juga terhenyak dengan berbagai pembentukan organisasi regional dan global, seperti isue globalisasi semakin mengental dengan pencapaian teknologi informasi. Tidak ketinggalan kehadiran AFTA, NAFTA, WTO dengan isue pasar bebas dan pasar global. Dalam ketidaksiapan menghadapi pertarungan yang belum seimbang antara dunia Islam dengan Barat, diakhir penghujung 1996 juga telah lahir sebuah buku brilian dari seorang politikus dan juga Profesor di Harvard University, Amerika, Samuel P. Huntington dengan bukunya “The Crash of Civilization”. Huntington secara simplitis meramalkan bahwa peta peradaban dunia (seluruh aspek kehidupan) akan berubah menjadi tiga sekte besar : Islam, Kristen dan Konfusianisme. Islam mewakili masyarakat dan pikiran kaum muslimin (yang sebagian di negara ketiga dan dunia belahan Timur) dan Kristen mewakili (budaya dan masyarakat) dunia Barat dan Europa, serta Konfusianisme mewakili China, Jepang dan sejenis ajarannya.

Hipotesis Huntington ini cukup mendapat reaksi keras dari berbagai tokoh dunia, bahkan menuduhnya sebagai agen Yahudi yang mencoba menarik peta dunia agar terpecah menjadi tiga, bahkan sangat mungkin menjadi dua kekuatan besar, yaitu Islam versus Kristen, karena yang ketiga (Konfusian) turut berpihak dan bersepakat pada Islam. Nampaknya secara sederhana, hipotesis Huntington ini menggugat semangat universalisme dan persatuan dunia. Bahkan dianggap sebagai pemicu perselisihan di beberapa negara yang heterogenitas agamanya terkadang menghangat menjadi pertentangan dan peperangan.
Sementara itu F. uyama (1996) seorang pejabat kementrian luar negeri Amerika Serikat yang berkebangsaan Jepang, malah mengomentari tentang abad mendatang sebagai abad Kapitalisme dan Liberalisme, kedua isme tersebut dipandangnya sebagai puncak keunggulan manusia dalam peradaban. Hipotesisnya ini didasarkan pada keyakinan bahwa arah dari seluruh usaha manusia adalah kebebasan dan demokrasi.

Terlepas dari akan terbukti atau tidak hipotesis Huntington tersebut, kita sebagai Psikolog muslim patut urun-renungan, bagaimana jika hal ini benar terjadi ? Sebab pertarungan pasca perang dingin tidak lagi didominasi Demokrasi (Kapitalistik) dan Komunisme, atau Nato-Europa dan Pakta Warsawa (Uni Sovyet-al maut). Setelah runtuhnya Komunisme maka musuh terbesar Barat diramalkan adalah Islam.
John, L. Espasito (The Islamic Threat, Miyth or Reality, 1992), justru menanggapi perubahan di masa mendatang. Ia menyatakan bahwa yang akan berhasil dalam mengarungi jaman adalah mereka yang modern sekaligus juga memiliki keyakinan terhadap prinsip-prinsip. Kemampuan di bidang penguasaan ilmu dan teknologi harus juga disikapi dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang diyakini.Sebagai suatu ancang-ancang menghadapi dunia perubahan yang belum jelas arahnya, maka tidak salah jika kita juga mencermatinya, kita siap sebagai bangsa yang dapat berkompetisi global tanpa harus kehilangan prinsip-prinsip kita yang diyakini pasti benar, sebagai wujud iman kita pada Islam.
Secara tegas sesungguhnya Allah telah menetapkan adanya pertentangan antar ideologi dan msayarakat besar : Mu’minin Vs Kafirin, Musyrikin, Munafiqin. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa abad XV hijriyah adalah abad kebangkitan Islam yang ditandai oleh suatu gelombang besar dalam hal penguasaan sains dan teknologi yang diislamisasi. Jika kita mengaca kepada Psikologi maka bisa jadi akan terjadi saling tarik menarik dan saling pengaruh mempengaruhi untuk muncul mendominasi dunia ilmu pengetahuan di bidang psikologi : Psikologi Islami Vs Psikologi Barat (Non-Islami) dan di satu pihak Psikologi Timur (Taoisme-China). Bisakah semangat persaingan ini juga memicu kebangkitan Islam di bidang ilmu psikologi ? Benarkah psikologi berseberangan dengan agama (Islam) ? Untuk menjawab pertanyaan ini sesungguhnya tidak mudah, kesulitannya bersumber pada tolok ukur apa yang akan dipakai ?
a. Apakah psikologi ditinjau secara keseluruhan, tanpa memilah-milah ?
b. Apakah psikologi dipandang sebagai proses yang terus berlanjut ? c. Apakah Psikologi dipandang sebagai hasil akhir ?
Menjawab pertanyaan point a :Psikologi itu ibarat hutan yang begitu bersimpangan berbagai pendapat, mulai dari persoalan filsafati, paradigma, teori, metoda. Mulai dari diagnosa, analisa hingga terapi. Ribuan alat tes terus lahir ada yang direvisi, ada yang paforit digunakan, tidak terpakai, kurang peminat, rumit dan simple. Tentunya dengan melihat begitu banyaknya kajian yang berserakan di hutan Psikologi, alngkah tidak simpatiknya menggelari Psikologi sebagai ilmu tidak Islami. Psikologi adalah hutan ilmu yang terbuka untuk diambil dan dimasuki. Sehingga jika kita mau bahkan bisa menciptakan hutan Psikologi sendiri yang tidak ada hubungannya dengan hutan sebelumnya!
Upaya telaah yang dilakukan tentu harus memilah-milah ! dan untuk memilah-milah betapa beratnya. Waktu dan tenaga serta konsekuensinya hanya sebagai pengkritik dan tidak sempat membangun.
Sebagian besar dari psikologi Barat, memang memisahkan Tuhan dari pengalaman subyektif manusia. Pengalaman subyektif-religius ini masih dipandang sebagai bukan ilmiah. Kalau mau diilmiahkan harus memenuhi standar ilmiah : Logis-rasional-empiris.
Barangkali standar ilmiah itulah yang harus diperbaharui. Standar ilmiah yang sekarang ini digunakan karena “diyakini”. Jadi masalah menerima atau tidak standar ilmiah tersebut sangat ditentukan seberapa besar seseorang menerimanya dengan yakin.
Menjawab pertanyaan b :
Sebuah penemuan di dunia ini jarang yang bersifat akhir, karena dia bukanlah Wahyu yang sudah final dan essensial. Berbagai penemuan ilmiah sekalipun tidaklah pernah berakhir, bahkan bisa dikatakan selalu memulai. Prinsip *****ulative, dan corrective dari ilmu menyebabkan ia selalu terbuka dan bersedia diri berubah. Ilmu selalu berkelanjutan. Konsistensi pemikiran sebelumnya yang sudah diakui dapat dipergunakan, tetapi juga bisa jadi dibantah dan diperbaiki sama sekali apabila ada dasar yang lebih bisa diterima oleh masyarakat ilmiah.
Nabi Ibrahim AS, adalah sosok contoh seorang yang berproses untuk menemukan kebenaran (haqul Yaqin). Pada tahap permulaan Ibrahim menemukan kebenaran berdasarkan indrawi mata. Ia baru menyadari akan kelemahan objek yang dijadikan Tuhan setelah menemukan fakta baru yang tidak logis, ia kemudian menemukan kembali melalui proses pencarian, Ia berganti matahari yang lebih ajek dalam memberikan cahayanya, tetapi juga gagal hanya karena pada malam hari seolah lenyap dari pandangan. Ia menggunakan rasio-nalar “bagaimana mungkin Tuhan ada dan hilang ?” Akhirnya ia menemukan kebenaran itu melalui mata hatinya (intuisi-metaempiris). Akankah kita mengatakan bahwa Ibrahim adalah seorang yang kufur lalu jadi muslim ?

Peristiwa Ibrahim ini memberikan gambaran bahwa kita tidak perlu terlalu cemas atas “ketiadaan Tuhan” dalam beberapa teori psikologi, selama manusia masih terus memerlukannya. Sebab Kebenaran pasti Menang. Tinggal bagaimana Ia datang dan mengalahkan kebathilan ! Psikologi yang berpihak kepada kebenaran Islam pasti akan datang, hanya proses itulah yang sedang kita jalani.Melihat psikologi sebagai proses, maka tidaklah salah jika kita menggunakannya selama memperoleh manfaat. Artinya psikologi digunakan untuk sementara dalam membantu memecahkan persoalan kemanusiaan. Dari psikologi barat inilah barangkali lahir psikologi Islam. Kata dan istilah “Psikologi” sendiri tidak pernah ada dalam sejarah Islam salaf. Psikologi baru dipermasalahkan setelah kita mengenal beberapa kelemahannya dilihat dari prinsip Islam. Bahkan secara ekstrim menyebut “Psikologi jahiliyah modern”. Saya ingat perkataan Umar Ra. “Orang yang tidak mengenal jahiliah maka ia tidak akan mengenal Islam. Artinya kehadiran psikologi Barat telah cukup bagi psikolog muslim untuk juga mengenal psikologi Islami. Sebagai pembanding yang akan ditilik keunggulan dan kelemahannya, harus kita akui psikologi barat telah memberi andil yang besar bagi kelahiran psikologi Islami.
Menjawab pertanyaan c:
Kalau ada yang yakin bahwa mobil Timor S 515 adalah produk terakhir dari teknologi KIA Motor, jelas salah besar. Demikian juga yang mengatakan bahwa proses penciptaan langit ini berhenti dan sudah ajeg juga salah. Allah mengatakan senantiasa membinanya ). Seseorang yang dalam pencapaian pengetahuannya final hanyalah orang yang mati ! hakekat pengetahuan memang tidaklah berhenti. Demikian juga dengan psikologi, psikolog yang yakin bahwa hasil-hasilnya yang sekarang ini merupakan hasil akhir yang tidak berkembang dan kebenaran ilmunya dipandang berakhir, bolehlah ia digelari psikolog yang almarhum. Psikologi Islami sendiri sedang mencari bentuk, tentu saja kita harus hormat terhadap banguan psikologi yang ada.
Kebenaran Wahyu itulah yang ajeg karena ia prinsip hidup yang tidak bisa berubah. Penafsirannya yang belum tentu ajeg. saya yakin bahwa psikologi islami pun tidak ajeg karena ia adalah sebuah penafsiran terhadap manusia dan terhadap ayat-ayat Allah. Kebenaran suatu penafsiran itulah yang harus diakui sebagai relatif. Penafsiran yang manakah yang harus diakui? Allah menyatakan dalam Al Qur’an : Sesungguhnya, kewajiban Kamilah mengumpulkan (alQur’an) di hatimu (Muhammad) dan membuatmu pandai membaca )……Kamilah yang memberikan penjelasannya ). Jadi hanya Muhammad sajalah yang memahami betul isi kandungan Al Qur’an dan penafsirannya dan itu kita hanya mengetahui dari Hadits dan Sunnah serta para pewaris risalah Islam (para ulama). Jelas, bukan penafsiran tanpa konsistensi dengan penafsiran sebelumnya.
NISBAH : Psikologi dan Islam

Setiap ide baru akan selalu mengundang reaksi pro dan kontra. Tak terlepas dengan ide islamisasi psikologi dan musliminisasi psikolog. Apalagi ide tersebut menggugat sesuatu yang berkaitan dengan profesi (sebagai lahan hidup) serta nilai-nilai pribadi. Kecurigaan terhadap psikologi Barat yang telah mencabut manusia sebagai makhluk Tuhan dan kadang (psikoanalisa) menuduh aktivitas keagamaan adalah perbuatan kompensasi yang tidak ada dasar ketulusan mendasar sebagai seorang manusia, telah melahirkan sebutan-sebuatan yang agak sarkasme : “Psikologi ilmu sesat dan menyesatkan” atau “Psikologi ilmu skuler” sampai sebutan yang agak halus “ Psikologi ilmu perilaku yang tidak perlu dihubung-hubungkan dengan agama, agama ya agama, psikologi ya psikologi”. Lontaran pemikiran Malik B. Badri cukup membuat kepanasan kuping para psikolog yang sudah “terlalu yakin atas kebenaran dan kehandalan alat tes dan analisis psikologi”. Siapa yang mau dituduh tidak islami ?Siapa yang rela disebut psikolog anti agama ?
Dua pertanyaan itu tentu diajukan kepada psikolog muslim ! sedangkan bagi mereka yang tidak muslim tentu tidak merasa peduli dengan psikologi islami atau bukan. Mungkin mereka mengkhatirkan adanya psikologi Kristiani, psikologi Hindi, Psikologi Kejawen, Psikologi Yahudi!
Jadi masalahnya adalah seputar keyakinan psikolog muslim yang belum sepenuhnya puas dengan psikologi bila diukur berdasarkan norma-norma ajaran Islam !
Lantas dimana ke-universalannya bila psikologi dilabeli Islami?
Sebelum menjawabnya, saya balik bertanya “Apakah setiap teori psikologi seutuhnya universal?” Kenyataannya tidaklah ada teori yang bisa sepenuhnya dapat diterapkan untuk semua manusia. Teori Freud tidak dapat sepenuhnya universal sebab ia tidak bisa diterapkan pada orang yang muslim atau diterapkan pada orang yang tidak meyakini kehandalan psikoanalisisnya. Teori Maslow juga tidaklah universal karena dia tidak dapat menjelaskan motivasi lillahi ta’alanya seorang muslim, atau berbuat karena Yesus, Motivasi Maslow belum menyentuh aspek ruhaniah. Adalah wajar, jika banyak tokoh yang merasa tidak puas lalu memunculkan teori baru yang dipandang bisa universal, bahkan bukan saja universal melainkan juga “totalitas”, artinya bisa mencakup seluruh aspek manusia dan tidak memilah manusia dengan kategori (domain) yang masih tidak menggambarkan manusia seutuhnya.
Akhirnya, keuniversalan dan kemangkusan psikologi lebih disebabkan karena diyakini dan diterima oleh masyarakat ilmiah pada jamannya. Ketika ditemukan kekurang-mangkusan untuk menjelaskan manusia maka kepercayaan terhadap teori tersebut berkurang dan sebagai rasa hormat kepada penemunya dijadikan sebagai literatur atau referensi perkembangan ilmiah. Saya melihat bahwa bukanlah keburukan bila orang melahirkan karya, berupa teori tentang psikologi, sekalipun terbukti salah atau kurang sempurna, itulah hakekat manusia : ia selalu tidak mampu menggambarkan dirinya secara sempurna !
Dalam buku “ Man, The Unkonw” digambarkan betapa manusia sudah frustrasi mengetahui siapa dirinya. Padahal manusia sudah bermilyar banyaknya. Setiap orang pernah bertanya siapa dirinya. Ia pernah mengeluarkan pendapatnya sendiri, bahkan ada yang pendapatnya diyakininya hingga menemui kematian. Barangkali sesudah kematian itulah manusia tahu yang sesungguhnya siapa sebenarnya dirinya!
Emha Ainun Najib dalam satu essainya pernah menulis “ Berpuluh-puluh tahun manusia telah gagal mengenali siapa dirinya”. Sebaliknya saya menduga manusia akan selalu gagal mengenali dirinya.Manusia memiliki “Ruh” yang menjadi misteri sepanjang kemanusiaan. Ruh ini adalah rahasia tak terjawab. Penggambaran tentang ruh selalu berubah. Barangkali Ruh itu sesungguhnya akan dikenali dengan seutuhnya manakala kita mencapai kematian.
Allah berfirman : “ Mereka bertanya kepadamu tentang Ruh. Maka Jawablah Ruh itu urusanKu, Tidaklah pengetahuanmu tentangnya melainakn sedikit” ). Dari yang sedikit itupun tentu bukan dicari sendiri karena Allah sendiri yang mengajarkan tentang ruh. Dalam peristiwa keraguan Nabi Ibrahim As tentang adanya Allah. Allah mengajarkannya melalui peniupan roh ke dalam cincangan daging burung. Pelajaran peniupan Roh ini ternyata memperkuat iman yang sudah ada pada diri Ibrahim. Tidaklah salah jika psikologi Islami memasukkan unsur Ruh dalam kajiannya dengan maksud menemukan hakekat keberadaannya.
Islam memberikan keleluasaan kepada manusia untuk mempertanyakan siapa dirinya. Bahkan Allah sangat menghargai pertanyaan siapa manusia itu dan kenapa manusia itu diciptakan. Malaikat yang bernada protespun tidaklah dipandang hina, asal tidak bermaksud mengkufuri. Keraguan (meragukan) untuk semakin beriman adalah sah-sah saja. Rasulullah sendiri pernah mengalami keraguan tentang apa yang telah diturunkan kepadanya, kemudian ia diharuskan bertanya kepada Orang yang telah mengetahui Kebenaran (Waroqoh bin Naufal), sehingga barulah Allah menyruhnya agar jangan menjadi orang yang ragu. Proses dari keraguan menjadi iman adalah diijinkan dan dibenarkan.
Dan itu proses pencarian pengetahuan kebenaran. Jadi wajar pula bila seseorang yang mempelajari psikologi Barat kemudia meragukannya, untuk kemudia menjadi yakin setelah mengalami proses “bertanya” tentang kebenaran. Islam merupakan sumber Kebenaran, luas sekali membuka gerbang pengetahuan. Al Qur’an menantang kepada manusia untuk bisa menjelajahi langit dan dalamnya bumi. “Hai jin dan manusia, jika kamu mampu menembus langit dan bumi, lakukanlah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” . Kekuatan yang digambarkan tersebut tentu bukan saja kekuatan teknologi dan peralatan tetapi juga kekuatan manusianya. Untuk mengenal kekuatannya manusia juga perlu mengenal kelemahannya ketika berhadapan dengan alam raya yang akan dijelajahinya. “Dan akan kami perlihatkan ayat-ayat Kami dilangit dan di bumi serta pada dirimu sendiri.”
Banyak nian Al Qur’an mengungkap persoalan kemanusian dan diri manusia. Dan diyakini statement Al Qur’an dan Sunnah sebagai kebenaran. Dari sesuatu yang benar, kita dapat melahirkan proses yang benar, hasil yang benar serta manfaat yang benar pula. Dari cara pandang tentang Tuhan-alam-manusia yang benar, melahirkan pendekatan ilmiah yang benar, menurunkan bangunan teori yang benar, metode yang benar dan manfaat aplikasi yang benar. Sehingga ujungnya skesejahteraan manusia yang sesungguhnya lah yang menjadi tujuan akhir dari psikologi islami. Selamat dunia dan akhirat. “Dan dengan Kebenaran Kami menurunkan Al Qur’an dan dengan proses yang benar Kami turunkan Al Qur’an, Tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai Pemnberi kabar gembira (reward kebaikan) dan pemberi peringatan (ancaman keburukan).

0 komentar:

Posting Komentar